sawitsetara.co - KENDARI - Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Tenggara resmi menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan APKASINDO dan Koperasi Produsen Gelora Sawit Indonesia untuk mendukung Program Integrasi Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dengan budidaya tanaman pangan, khususnya padi gogo.
Penandatanganan MoU ini berlangsung pada Jumat (15/08/2025) di Kendari, dalam rangkaian Workshop Integritas Peremajaan Sawit Rakyat dan Tanaman Pangan yang digelar oleh Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP).
Kerja sama strategis ini menjadi bagian dari langkah konkret dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus mendongkrak produktivitas lahan petani sawit yang sedang dalam masa peremajaan.
Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara, Dr. L.M. Rusdin Jaya, S.IP., M.Si, menegaskan bahwa integrasi PSR dengan komoditas pangan seperti padi gogo adalah jawaban atas tantangan pengelolaan lahan selama proses peremajaan kebun sawit.
“Melalui MoU ini, kami ingin memastikan bahwa lahan petani yang sedang diremajakan tetap produktif. Padi gogo adalah solusi yang sangat relevan, karena bisa ditanam di lahan kering dan tidak mengganggu proses replanting sawit,” ujar Dr. Rusdin Jaya.
Ia juga menambahkan bahwa program ini dirancang untuk memperkuat ekonomi petani, khususnya selama masa transisi PSR yang biasanya menyebabkan hilangnya sumber penghasilan sementara.
“Ini bukan hanya soal sawit atau padi. Ini tentang kesejahteraan petani dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan. Kami berkomitmen untuk mendampingi petani dalam setiap tahap implementasinya,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Gelora Sawit Indonesia, Dr. Machmud Achmad, M.M., menyambut baik kolaborasi ini dan menyebutnya sebagai langkah maju dalam memperkuat peran koperasi dalam pemberdayaan petani.
“Kami tidak hanya mendukung secara administratif, tapi juga akan hadir di lapangan memberikan pendampingan teknis, distribusi benih padi gogo, hingga akses pembiayaan. Koperasi hadir sebagai motor penggerak,” kata Dr. Machmud.
Ia menambahkan bahwa integrasi ini sejalan dengan semangat koperasi dalam membangun kemandirian petani dan mengurangi ketergantungan terhadap satu komoditas.
“Dengan diversifikasi tanaman, petani tidak lagi terpaku pada satu sumber penghasilan. Ini bagian dari membangun ketahanan ekonomi di level akar rumput,” ucapnya.
MoU ini berlaku selama satu tahun ke depan dan akan difokuskan pada implementasi integrasi PSR dan padi gogo di sejumlah kabupaten sentra sawit seperti Konawe Selatan, Kolaka Timur, dan Bombana.
Adapun ruang lingkup kerja sama mencakup pelatihan petani, penyediaan sarana produksi, pendampingan teknis, hingga monitoring dan evaluasi bersama.
Melalui sinergi ini, kedua belah pihak optimis dapat menciptakan model pemberdayaan petani sawit yang produktif, berkelanjutan, dan berorientasi pada ketahanan pangan nasional.
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *