KONSULTASI
Logo

Pekerjaan Rumah Industri Kelapa Sawit

18 Agustus 2025
AuthorTim Redaksi
EditorEditor
Pekerjaan Rumah Industri Kelapa Sawit

sawitsetara.co – JAKARTA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan industri kelapa sawit masih memiliki pekerjaan rumah atau PR. Pasalnya, kendati menjadi penopang penting perekonomian nasional, dalam lima tahun terakhir usaha komoditi ini menghadapi tantangan serius.


“Produksi yang cenderung stagnan dan produktivitas yang menurun menjadi pekerjaan rumah besar, terutama di tengah konsumsi domestik yang terus meningkat seiring pengembangan biodiesel,” kata Ketua Umum GAPKI Eddy Martono kepada Kontan pada Ahad (17/08/2025).


Ia menegaskan bahwa peran industri sawit tidak bisa dilepaskan dari perjalanan 80 tahun Indonesia merdeka. Menurut dia, industri sawit menyerap lebih dari 16 juta tenaga kerja di sektor on-farm dan off-farm. Pada 2024 misalnya, ekspor sawit menghasilkan devisa sebesar US$ 27,6 miliar yang turut menjaga neraca perdagangan tetap positif.


“Sementara penggunaan CPO sebagai biodiesel menghemat devisa hingga US$ 7,92 miliar,” kata Eddy.


Saat ini, berdasarkan data, dari total 16 juta hektare lahan sawit nasional, sekitar 40% dikelola oleh pekebun rakyat. Menurut Eddy, hal ini menunjukkan bahwa kelapa sawit tidak hanya dikuasai perkebunan besar, melainkan juga menjadi penopang ekonomi jutaan keluarga petani.


Namun, meski kontribusinya besar, GAPKI mencatat bahwa dalam lima tahun terakhir produksi sawit nasional relatif stagnan. Produktivitas kebun bahkan cenderung menurun, salah satunya karena sebagian besar tanaman telah berusia tua dan membutuhkan peremajaan. Di sisi lain, konsumsi domestik justru meningkat, terutama karena kebutuhan biodiesel.


“Upaya peningkatan produksi dan produktivitas menjadi agenda mendesak, baik untuk perkebunan besar maupun pekebun rakyat. Kalau konsumsi terus naik tapi produksi stagnan, ini bisa mengurangi kapasitas ekspor dan pada akhirnya mengurangi kontribusi terhadap devisa,” kata dia.


GAPKI juga menekankan bahwa perbaikan produktivitas melalui program peremajaan sawit rakyat (PSR), dukungan pembiayaan, dan kebijakan yang lebih berpihak menjadi kunci menjaga ketahanan industri sawit ke depan. Dengan fondasi yang kuat, kata Eddy, sawit bisa terus menjadi lokomotif devisa sekaligus penopang energi hijau Indonesia.


Di sisi lain, Eddy menambahkan, ada sejumlah tantangan lain yang dihadapi industri sawit nasional. Pertama, ketidakpastian hukum, termasuk penyelesaian status lahan sawit dalam kawasan hutan. Kedua, hambatan perdagangan di pasar global yang kerap dikaitkan dengan isu keberlanjutan (sustainability).


“Industri sawit terus menghadapi tekanan berupa diskriminasi perdagangan, sementara di dalam negeri kita juga masih berhadapan dengan masalah regulasi dan perizinan. Karena itu, sinergi antara pemerintah dan pelaku usaha sangat dibutuhkan agar sektor sawit tetap berdaya saing,” ungkap Eddy.


Berita Sebelumnya
HUT Ke-80 RI, Pertamina Berikan Kado Avtur Berbasis Minyak Jelantah

HUT Ke-80 RI, Pertamina Berikan Kado Avtur Berbasis Minyak Jelantah

Memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 tahun Republik Indonesia, PT Pertamina (Persero) berikan k

17 Agustus 2025 | Berita

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *